Rabu, 24 Agustus 2011

Dear Someone - Kepada Engkau, Cinta Pertama


Kepada Engkau, Cinta Pertama
Original by Firdausi

Bersamaan dengan mekarnya bunga, ada bulu-bulu sayap yang gugur
Ketika ada senyum yang terkembang, ada air mata yang mengikuti jejaknya

Katakan padaku, mengapa setiap desiran angin membawa namamu masuk dalam otakku?
Katakan padaku, mengapa setiap suara menyorakkan namamu?

Gilakah aku?
Akal sehatku melayang setiap kali kau menggelitik gumpalan darahku.
Bahkan aku hapal seberapa ringannya langkahmu meski hanya mendengar sayup-sayup
Mataku sering mengintip diam-diam dari balik jendela, menikmati setiap detil wajahmu, menikmati lekuk tubuhmu.

Anehkah aku?
Katakan padaku, mengapa suaramu menciptakan petikan lagu bersamaan dengan dentuman yang terus berpacu semakin kencang?
Sakitkah aku?
Setiap inci senyummu membuat jiwaku menari-nari liar

Matamu berkeliling, sepintas memerangkapku.
Sakitkah aku?
Suhu tubuhku kian meningkat ketika aliran darah terpusat di kedua pipiku
Dalam satu detik itu ada harapan akan diriku yang kau rekam dalam ingatanmu.

Aku diam sambil terus mencuri waktu melukis tiap gerikmu dalam album abadi.
Kubiarkan diriku bersembunyi di balik jarum yang terus bergerak.

Satu bulan… kemudian tiga puluh hari matahari terus berganti-gantian dengan sang bulan.
Ketika hari terus berjalan dalam lingkaran yang sama, ada perpisahan di ujung sebuah pertemuan.
Bahkan di antara kau dan aku yang tak pernah sekali pun sempat bertukar suara.
Aku mengerti, aku tahu.
Lalu kenapa seakan sesuatu telah meremas jantungku dengan genggaman yang begitu kuat?
Kenapa seakan ada racun yang mengikat darahku hingga tiap organ tubuhku tak mampu bekerja?
Kurasa ada kerusakan pada mataku hingga ia tak berhenti menyapu lensa dengan cairannya.
Paru-paruku, ia rusak hingga menampung udara pun terasa berat.

Kini bukan hanya gila, aku hampir mati.
Jiwa yang terus menari liar itu telah berhenti.
Iring-iringan musik menjadi balada kematian di tengah sayup-sayup yang hampir meniupkan lilin-lilin yang semakin kecil.

Katakan padaku, kenapa kau sanggup menancapkan kesepian pada jiwaku?
Katakan padaku, kemana kau bawa senyum yang kau curi dariku? Kau buang kemana ia?

Kau curang!
Ketika aku terkurung pada dunia yang menggilaimu, kau tetap melenggang di atas duniamu tanpa acuh pada aku yang terus mengetuk sangkarmu.
Kenapa? Kontrolku mati, aku di batas normal.
Kau ini apa? Sebenarnya kau ini siapa?
Aku melayang-layang lalu terjun dengan sendirinya karenamu.
Kenapa padamu aku berikan kuasa?
Tanpa akal sehat, aku menari di telapakmu.
Kenapa?

Cinta…
Mereka bilang begitu

0 komentar: