Rabu, 18 Januari 2012

Bayang-Bayang Asa


Bayang-Bayang Asa
Oleh Firdausi R.


Aku…
Eksistensiku perlahan menjadi bayang-bayang.
Keberadaanku menjadi samar.

Takut…
Aku takut.
Semakin cepat aku berpacu dengan waktu, aku semakin mengerti jarak kita bukan lagi satu-dua jari.
Ketika waktu tak lelah mengalir,
Kita terus dibawanya pada alur dunia yang semakin luas.
Aku takut…
Dimana aku ketika dunia tak lagi dengan warna yang sama?
Dimana aku ketika satu-satu kalian beranjak dari garis batas?
Eksistensiku melemah ketika batas tak sanggup untuk digapai lagi.
Aku hampir menghilang ketika aksara berubah limit.

Tidak boleh kah aku berharap bukan hanya waktu milikku yang beranjak diam?
Aku berhenti pada masa itu sebab di sana aku tahu takrifku.
Kita takhlikan hujan dan pelangi.
Melekat aku pada ribuan memori.
Tapi bunyi itu perlahan menghapusnya.
Eksistensiku…

Tik tok… tik tok…
Di sini…
Aku tahu suara itu mengantarku memasuki area lain.
Tapi kaki tak sanggup dengan tegar berdiri di tengah keramaian yang baru.
Hanya aku kah?
Sepertinya satu-satu dari mereka telah melonggarkan tali kekang.
Tapi aku…
Jangankan melepaskan, untuk melonggarkan saja aku tak sanggup.
Aku masih terjerat dengan erat oleh rantai yang membelenggu.
Aku terlalu nyaman dengan kekang yang erat menjeratku
Di sini aku punya nilai
Pijak kokoh, tangan yang mampu menggapai,  di sini aku memilikinya.
Tapi ketika hanya aku sendiri yang terpaku, eksistensiku perlahan terhapus.
Bukan jadi debu, bukan jadi uap
Tapi hilang tak berbekas…
Lesap…

Kututup mata, kututup telinga.
Rasanya aku semakin rapuh setiap kali melangkah menjauhi masa lalu.
Terlalu kontras…
Tidak bisa kah aku menetap pada masa itu?
Ragaku mengikuti keinginan waktu.
Tapi sesungguhnya aku menjerit perih, memberontak
Ruhku bertahan mencari sejati dirinya.
Ya, pada ketika ia masih ada dalam warna yang sama dulu itu
Tapi setiap aku mencoba mempertahankan diri,
Ada palu yang selalu mengetuk hingga nyeri asaku.
Sakit… takut…

Seperti benang yang tak terpakai pada suatu saat akan hancur menjadi serat-serat yang berantakan.
Hilang… begitu, bukan?
Sama denganku.
Yang tak mampu lepas dari Adnan khayal
Tertinggal, terbuang, lalu lenyap terbakar oleh kadaluarsanya durasi.
Pada akhirnya bayangan pun akan hilang di tengah keramaian yang meluas.
Aku melebur lalu lenyap…

0 komentar: