Senin, 12 Maret 2012

Asa dalam Pilu


Asa dalam Pilu
oleh Firdausi
 

Ketika kusapa pagi, wajahmu pada bias-bias embun yang menjawab.
Ketika cakrawala menjemput bulan, estimasimu tampak pada jendela yang telanjang.
Kau menjadi-jadi pada delusi yang menjadi citra
Pada tiap termin pagina, kau menari-nari, menjadi pena yang menulis presensimu pada satu dua durasi yang berlalu.

Benang...
Kupikir aku hanya terbelit pada benang tipis yang kau julurkan.
Kulihat lagi, nilon baja yang kau buang.
Kusut.
yang kemudian semakin membelitku, mengekangku agar tak lepas dari jaring yang kau rentangkan.

Kupikir ketika kau hanya ada pada tiap delusi,
Kontrol warasku tak akan mati.
Tapi relung hatiku semakin bising tertiup angin lalu yang menjeritkan nyenyat.
Ia ingin kau menjadi nyata, jelas bukan tak kasat mata.
Kegilaan mulai menyulur, menjadi paku, menjadi kerikil yang merusak aksara indah yang terpilin melukiskan kembang-kembang.

Kiloan meter juga senyap-senyap lara.
Berdiri tegak di sana menara keraguan.
Sebuah benteng yang memaku aku pada jarum jam yang mati.
Sayup-sayup bisikan dari  remang sudut hatimu memanggil-manggil ruhku.
Sungguhkah itu nyata?
Atau hanya ilusimu yang terpatri menjadi eksistensi padat pada ketidakwarasanku?

Perlahan aku mengambil langkah satu dua tapak, lalu berhenti.
Jam yang mati kembali bergerak, namun membawaku mundur.
Berdiri di tempat yang sama, jemu.
Angin nyenyat semakin nanar, menjadi pupuk pada kegilaan yang semakin berkembang.
Sulit untuk mengontrol kewarasan yang sekarat.

Semakin jelas kisikan yang bersembunyi di balik udara.
Menarik-narikku dari batas, melayangkan kakiku pada ranah milikmu yang gersang.
Di sana, di sudut tanpa batas, temaram buram memantul dari kaca lensa retinaku.
Asa dalam hasrat...

Setapak-setapak melangkah aku walau kecil.
Destinasiku temaram samar yang semakin menarik kuat ruh-ku.
Intensiku bukan layaknya fatamorgana pada batas horizon.
Atau hanya imaji pada fantasi kecilku.
Tapi realitas untuk asa yang merana

Banjarbaru, 12 Maret 2012
21.45 WITA

0 komentar: